Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuhu.
Salam sejahtera bagi kalian semua dimanapun kalian berada, semoga nikmat yang telah Alloh berikan bisa menjadi satu acuan untuk terus bisa berdua dengan-Nya, dalam sepi maupun ramai. Aamiin.

Dalam kesempatan yang penuh berkah ini, kami akan membagikan sesuatu yang sangat bermakna, resapan hati, renungan jiwa dari guru kita semua yaitu Gus Candra Malik. Baik tak usah berlama-lama, silahkan dinikmati.


Resapan Hati, Renungan Jiwa: Syahadatku Kesaksianku


Pembaca yang budiman, dengarkanlah suara hatimu ini:

Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi Muhammad Rasulullah.

Akulah aku. Tiada aku selain aku. Aku bukan engkau, dia, kalian, atau mereka. Aku tunggal. Dan aku mengalami akuku sendiri.

Aku bukan utara, timur, selatan, barat. Aku bukan arah bagi diriku. Aku tepat berada pada diriku sendiri. Akulah penentu segala penjuru.

Aku sendiri. Aku tidak berdua, tidak mendua. Tidak ada yang seumur hidup bersamaku sejak lahir hingga mati selain aku sendiri.

DariNya, aku berangkat jasmani ruhani. Sepenuhnya, seluruhnya, seutuhnya. KepadaNya, aku pun akan berpulang jasad seisinya. Isi sejagadnya.

Segala yang dariku, pada diriku, dalam diriku, bersamaku, meliputiku, dan milikku, adalah aku. Jiwa ragaku sah mengaku sebagai aku. Mata, telinga, lidah, tangan, dan kakiku adalah aku. Tiada bulu, kulit, tulang, sumsum, urat, darah, dan dagingku, selain aku.

Akulah jagad besar. Tiada yang memimpin selain yang lebih agung dari yang dipimpin. Aku khalifah fil ardli dan rahmatan lil 'alamin.

Siapa yang memandangku, ia menerima aku dalam dirinya. Sekejap kau melihatku, seketika itu pula citraku hidup dalam anakmatamu. Tidaklah mata melihat kecuali ia serupa cermin yang memantulkan cahaya. Segala yang dilihat oleh mata, tampak dalam cermin itu.

Aku bersaksi. Aku menyaksikan dan aku menyampaikan kesaksianku kepada Tuhanku -- yg disebabkan oleh perintah Tuhanku. Tidaklah aku menyaksikan selain melihat dengan penglihatanku, mendengar dengan pendengaranku, dan merasakan dengan hatiku.

Aku bersaksi. Aku tidak mengambil kesaksian dari selain kesaksianku sendiri. Saksi bersaksi atas kesaksiannya sendiri. Aku bersaksi. Aku bukan saksi palsu. Aku saksi di bawah sumpah. Tuhanku membenci mereka yang menyampaikan apa yang tidak mereka lakukan.

Aku bersaksi. Pada mulanya, aku telah menyaksikan. Pada saatnya, aku sedang menyaksikan. Pada akhirnya, aku tetap menyaksikan.

Aku bersaksi. Pada mulanya, aku telah menyaksikan. Tuhanku telah mengambil dariku kesaksianku, waktu itu di alam Alastu. Aku bersaksi, sebagaimana Q.S. 7:172, "Alastu birabbikum, qaaluu balaa syahidna. Bukankah Aku ini Tuhanmu? Benar, kami menjadi saksi."

Aku bersaksi. Akuku, akumu, akunya, aku-kalian, aku-mereka, aku-kami, aku-kita, sungguh sesungguh-sungguhnya sungguh, telah bersaksi.

Aku bersaksi. Pada mulanya, aku telah menyaksikan. Kemudian ditetapkan bagiku hidupku, matiku, rejekiku, jodohku, sebagai penanda.

Aku bersaksi. Pada mulanya, aku telah menyaksikan dan aku bukan golongan orang-orang yang lupa dan lalai, bukan pula yang sibuk berpaling. Allah berfirman di Q.S. 2:115,"... Ke mana pun kamu menghadap, di situlah Wajah Allah."

Aku bersaksi. Pada saatnya, aku sedang menyaksikan. "Inni wajjahtu wajhiya," disebutkan di Q.S. 6:79,"Sesungguhnya aku menghadapkan diri pada Tuhan."

Aku bersaksi. Tiada yang lebih baik dari bersaksi. Sebaik-baik kesaksian adalah bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah.

Aku bersaksi. Tiada kebaikan selain itu. "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu,"  termaktub di Q.S. 2:177," adalah suatu kebaikan..."

Aku bersaksi. Tiada kebaikan selain itu. Dan, sebaik-baik kesaksian adalah kesaksian yang telah disempurnakan dengan keimanan. Aku tak menuntut kesaksian dari selain diriku sendiri. "Cukuplah Allah," tertulis dalam Q.S. 29:52," menjadi saksi antara aku dan kau."

Aku bersaksi. Yang kusaksikan adalah yang kusaksikan, bukan yang kau saksikan. Jika kau menyembah Tuhan selain Allah, itu di luar kuasaku. Sebab, sebagaimana Q.S. 17:42, "Jika ada tuhan-tuhan lain di sisiNya, niscaya tuhan-tuhan itu pun mencari jalan menuju Tuhannya."

Aku bersaksi. Sebagaimana Muhammad bersyahadat. Pun Abu Bakr As-Sidiq, Umar ibn al-Khattab, Utsman ibn Affan, Ali ibn Thalib. Bukan sekedar manis di lidah namun dusta adanya. Syahadatku kesaksian jiwa dan raga. Bukan semacam bual belaka.

Bagaimana kerabat goedang indah bukan? 
Sekian resapan hati, renungan jiwa dari Gus Candra Malik. Semoga kita bisa mengambil banyak hikmahnya. Aamiin.