TEMPO.CO, Padang - Presiden RI periode 2004-2014, Susilo Bambang Yudhoyono, mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan kebakaran hutan terjadi lagi tahun ini. Salah satunya adalah perilaku sebagian kecil masyarakat yang tidak bertanggung jawab, yakni bertindak membakar hutan dan lahan.
 


Selain itu, ada beberapa perusahaan yang melanggar undang-undang dan tidak memelihara lingkungan dengan membakar hutan untuk kepentingan bisnis. "Itu masih terjadi," ujarnya Rabu, 28 Oktober 2015.

Faktor ketiga, kata SBY, kurang pedulinya pejabat. Padahal, kata SBY, di negeri ini ada banyak pejabat. Misalnya di daerah, ada kepala desa hingga gubernur. Di jajaran kepolisian, ada kapolsek hingga kapolda. Juga ada TNI, dari anggota Babinsa sampai Pangdam. Belum lagi tokoh masyarakat, adat, dan sebagainya.

"Kalau seluruhnya sangat peduli, bersiaga, dan kalau ada benih kebakaran, segera diatasi dengan cepat dan responsif, mungkin kebakaran tidak akan meluas," ujarnya.

SBY mempertanyakan respons pemerintah daerah dan pusat setelah kebakaran terjadi. Termasuk  pengerahan peralatan, manusia, teknologi, dan anggaran. "Apakah sudah baik atau masih setengah-setengah," katanya.

SBY  juga menyinggung  penegak hukum yang kurang tegas. "Jika penegak hukum tidak tebang pilih, pelaku tak akan semudah itu membakar hutan dan lahan," kata dia.

SBY mempertanyakan undang-undang dan peraturan pemerintah atau peraturan daerah cukup keras untuk mengatur pembakaran hutan dan lahan. Kalau tidak tegas, kata SBY, wajar bencana ini terulang kembali.

Terakhir, para pemimpin daerah hingga pusat tidak cekatan. "Kalau para pemimpin cekatan dan bertanggung  jawab, kita tak akan seperti ini," ujarnya.

SBY mengatakan, jika faktor-faktor ini diperbaiki secara bersama dengan menjaga hutan dan menegakkan hukum, kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi. Apalagi, saat ini, dunia mengatakan kebakaran hutan dan asap di Indonesia yang terburuk di tengah upaya mengurangi dampak perubahan iklim. "Malu kita kepada diri sendiri dan malu kepada dunia. Karena itu, kita semua harus mengambil tindakan yang mengabaikan diri," ujar SBY.

Elnino tahun ini, menurut dia, sama dengan yang terjadi pada 1997. Elnino merupakan peristiwa alam yang tidak bisa dicegah. Seharusnya, hal itu sudah diantisipasi sebelum berdampak luas. SBY meminta semua warga Indonesia berubah dan mengubah pola hidup yang selama ini keliru sehingga menyebabkan penderitaan bagi negeri ini. "Mari kita mulai dengan mawas diri. Kita kenali mengapa terjadi kebakaran lahan dan hutan. Asap berada di mana-mana, mengganggu penerbangan, mengganggu kehidupan sehari-hari, kegiatan sekolah, kesehatan, dan keselamatan kita semua," ujarnya.

Pemerintah, kata SBY, harus berada di depan untuk mengatasi bencana kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan. Apalagi, kebakaran hutan tahun ini merupakan yang terparah sepanjang sejarah Indonesia. "Melakukan segala upaya untuk menghentikan kebakaran dan asap, pemerintah harus ada di depan dan kita harus bantu persoalan yang dihadapi anak dan orang tua. Bantuan kesehatan sangat penting," ujarnya.

SBY meminta para pemimpin  berhenti saling menyalahkan. Para pemimpin, kata dia, harus mengambil tanggung jawab dan warga juga harus ikut mengatasinya, agar Indonesia berubah ke arah yang lebih baik.